Tersadar atau terbangun dari sebuah mimpi bukanlah hal yang dapat dihindari. Jemari lentik yang mulai menekan tuts-tuts tak bernada itu juga bukanlah suatu dosa. Entah dapat dimengerti atau tidak, dapat disadari atau tidak, ketika lamunan itu tertuju hanya pada wajah yang sayu, senyum yang sendu itu mengingatkan semua masa lalu yang telah terukir meski hanya sekejap mata. Tubuh ini seakan memberi isyarat untuk menggapai tangan yang menanti di seberang sana. Tapi jurang di depan mata terlalu dalam, keberanian yang sekecil batu kerikil pun tak mampu untuk menopang tubuh ini untuk menggapainya.
Butuh waktu yang sangat lama untuk menyadarkan diri ini, tamparan-tamparan kecil pun tak sanggup membangunkan tubuh ini dari ketidaksadaran. Pelan tapi pasti, hal itulah yang mulai terasa dalam nurani ini. Canda tawa ketika itu ternyata hanya masa lalu yang tak dapat aku rengkuh.
Sekarang.... Belaian angin telah membawaku melayang hingga dunia nyata. Dunia tempat seharus-nya Aku berada. Sosok-sosok sesungguhnya yang ada di sana menantiku dengan senyum kegembiraan. Canda tawa yang begitu nyata yang ada di depan mata, bukan lagi masa lalu yang menjadi kenangan. Akan tetapi masa depan yang akan mengukir kebersamaan. Keluarga... Sahabat... Teman... bersama mereka, kini Aku ada.
0 komentar:
Posting Komentar